Pengendara Wajib Tahu! Tips Agar Terhindar dari Penjahat di Jalanan

Rohmat

Tindak kejahatan tidak hanya dipicu oleh niat jahat dari pelaku, tetapi juga oleh adanya peluang yang memungkinkan terjadinya tindakan kriminal.

Ungkapan yang terkenal dari Bang Napi ini tetap memiliki relevansi hingga saat ini, mengingat pentingnya kewaspadaan dalam mencegah terjadinya kejahatan di area publik.

Terkadang, sebagai pengemudi, kita terpaksa pulang larut malam dan berhenti di persimpangan lampu merah meskipun jalan tampak sepi.

Pada situasi seperti ini, risiko terjadinya tindakan kriminal seperti pemalakan atau perampokan kendaraan menjadi lebih tinggi.

Jusri Pulubuhu, instruktur dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menekankan pentingnya bagi pengemudi untuk memahami dan tetap waspada saat berhenti di area-area yang berpotensi menjadi target bagi pelaku kejahatan di jalan.

“Yang terpenting adalah mendekati daerah yang memiliki profil rawan, serta mengatur kecepatan mobil sehingga saat sampai di titik itu (lampu merah), kita masih bisa bergerak,” kata Jusri.

Jusri menjelaskan bahwa kendaraan yang bergerak dengan kecepatan rendah dan berhenti, khususnya di area yang sepi, sering kali menjadi sasaran utama bagi pelaku kejahatan di jalan.

Jusri mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan biasanya memiliki tempat-tempat tertentu yang menjadi target mereka.

Sebagian besar aksi kriminal terjadi di perempatan yang relatif sepi, sehingga memudahkan pelaku untuk melancarkan aksinya.

“Cirinya, kondisi jalan cukup padat dengan lalu lintas, tetapi tidak ada pedagang dan jumlah pejalan kaki sangat sedikit. Karena kalau banyak pedagang, pelaku kejahatan biasanya enggan beraksi,” katanya.

“Mereka lebih memilih jalan sepi di malam hari atau yang macet, tetapi lingkungan sekitar tidak ramai dengan pejalan kaki,” ujar Jusri.

Jusri juga mengingatkan para pengemudi untuk menjaga kecepatan kendaraan dengan bijak, tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lambat.

Kendaraan yang melaju terlalu pelan dapat menjadi sasaran pelaku kejahatan yang menggunakan modus pura-pura tertabrak untuk memancing korban.

Jusri menjelaskan bahwa pada kecepatan rendah, pelaku kejahatan bisa saja pura-pura menabrakkan diri, baik itu pengendara motor maupun pejalan kaki.

Namun, jika kendaraan berjalan dengan kecepatan lebih tinggi, pelaku biasanya tidak berani melakukannya karena menyadari risikonya yang lebih besar.

“Jika kita berjalan terlalu lambat, bisa saja seseorang muncul dari arah yang tidak terlihat dan pura-pura tertabrak untuk menuntut ganti rugi,” ungkap Jusri.

Also Read

Tags

Leave a Comment